Semua warga Jakarta dan
sekitarnya mungkin sudah sangat stres dengan kemacetan di hampir semua jalan-jalan
Jakarta, bahkan Jakarta diberi julukan “kalau tidak macet, bukan Jakarta
namanya”, itulah sebabnya pemerintah membuat proyek untuk mengurangi kemacetan
yang disebut Mass Rapid Transit (MRT).
MRT Jakarta yang berbasis rel
rencananya akan membentang ±110.8 km, yang terdiri dari koridor Selatan-Utara
(Koridor Lebak Bulus-Kampung Bandan) sepanjang ±23.8 km dan Koridor Timur-Barat
sepanjang ±87 km.
Koridor Selatan-Utara (Lebak
Bulus-Kampung Bandan) dilakukan dalam dua tahap, yaitu :
- Tahap I yang akan dibangun terlebih dahulu menghubungkan Lebak Bulus sampai dengan Bundaran HI sepanjang 15.7 km dengan 13 stasiun (7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah) ditargetkan mulai beroperasi pada akhir 2016.
- Tahap II akan melanjutkan dari Bundaran HI ke Kampung Bandan (8.1 km) yang akan mulai dibangun sebelum tahap I beroperasi dan ditargetkan beroperasi paling lambat 2020.
Sedangkan untuk Koridor Timur-Barat
saat ini masih dalam tahap perundingan. Koridor ini ditargetkan paling lambat
beroperasi pada 2027.
Latar Belakang Pembangunan
Transportasi Massal Cepat Berbasis Rel
- Perkiraan Jakarta macet total : saat ini pertumbuhan jalan di Jakarta kurang dari 1% per tahun dan menurut Data Dinas Perhubungan DKI Jakarta hampir setiap hari setidaknya ada 1000 lebih kendaraan bermotor baru dijalan Jakarta. Studi Japan International Corporation Agency (JICA) 2004, menyatakan bahwa bila tidak dilakukan perbaikan pada sistem transportasi, diperkirakan lalu lintas Jakarta akan macet total pada 2020.
- Kerugian ekonomi akibat kemacetan lalu lintas di Jakarta berdasarkan hasil penelitian Yayasan Pelangi pada 2005 diperkirakan Rp. 12,8 triliun/thn yang meliputi nilai waktu, biaya bahan bakar dan biaya kesehatan. Sementara berdasarkan Study on Integrated Trancportasion Master Plan (SITRAMP II) tahun 2004, menunjukkan bahwa bila sampai 2020 tidak ada perbaikan pada sistem transportasi maka perkiraan kerugian ekonomi mencapai Rp. 65 triliun/thn.
- Polusi udara akibat kendaraan bermotor memberi kontribusi 80% dari polusi di Jakarta. MRT Jakarta digerakkan oleh tenaga listrik sehingga tidak menimbulkan emisi CO2 diperkotaan. Berdasarkan studi tersebut, maka jelas DKI Jakarta sangat membutuhkan angkutan massal yang lebih andal seperti MRT yang dapat menjadi alternatif solusi transportasi bagi masyarakat yang juga ramah lingkungan.
Membangun sistem MRT bukanlah
semata-mata urusan kelayakan ekonomi dan finansial saja, tetapi lebih dari itu
membangun MRT mencerminkan visi sebuah kota. Kehidupan dan aktivitas ekonomi
sebuah kota, antara lain tergantung dari seberapa mudah warga kota melakukan
perjalanan atau mobilitas dan seberapa sering mereka dapat melakukannya ke
berbagai tujuan dalam kota.
Tujuan utama dibangunnya sistem
MRT adalah memberikan kesempatan kepada warga kota untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas perjalanan atau mobilitasnya menjadi lebih andal, terpercaya,
aman, nyaman, terjangkau dan lebih ekonomis.
Kelanjutan Pembangunan MRT
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo
menjadwalkan paparan publik mengenai keberlanjutan pembangunan MRT akan
dilakukan pada Rabu (28/11) mendatang.
“MRT dua hari lagi, semuanya akan
dikumpulkan. Akan diundang pakar-pakar transportasi juga PT. MRT Jakarta,
supaya semuanya mengerti. Akan dibuka juga untuk publik.” Ujarnya di Balai
Kota, Jakarta, Senin (26/11).
Sebelumnya, Jokowi sempat
mengeluhkan besaran subsidi yang harus ditanggung pemprov dalam membiayai tarif
MRT nantinya.
Dalam hitungan yang dipaparkan
oleh PT. MRT Jakarta, besaran tarif hitungan akan mencapai Rp. 38.000/penumpang.
Melalui subsidi pemerintah, maka akan ditekan mencapai Rp. 10.000/penumpang.
“Yang disubsidi lebih besar dari
harga tiket yang diterapkan. Kalau misalnya 10, disubsidi tiga itu wajar. Tapi kalau
nilainya 10 yang disubsidi enam, itu besar sekali.” Ujarnya beberapa waktu
lalu.
Namun, sambungnya jika pemerintah
hanya mensubsidi Rp. 8.000 dengan harga tiket mencapai Rp. 30.000, siapa yang
akan menggunakan mode transportasi publik tersebut.
Oleh sebab itu, dirinya terus
memastikan bagaimana kemampuan MRT dalam melakukan return of investment, jelas
sistem untuk meningkatkan jumlah penumpang juga jenis perjanjian kerja sama
yang dibangun dengan pihak Jepang.
Kita tunggu saja apakah proyek
ini akan berjalan lancar, atau malah berhenti ditengah jalan, karena uang yang
seharusnya untuk membangun proyek MRT malah “disembunyikan” dikantong
pejabat-pejabat yang tidak tahu malu.
Proyek Jakartamrt.com
Sejarah MRT Jakartamrt.com
Kelanjutan MRT bisnis,com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar