Selasa, 07 Mei 2013

Pendiri 'kantor' separatis Papua di Inggris

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai pembukaan 'kantor' Gerakan Separatis Papua di Oxford, Inggris akan mengganggu hubungan Indonesia dan Inggris sekalipun Pemerintah Inggris menyatakan dukungannya pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Pemerintah Inggris menyatakan tetap dukung NKRI. Namun, kegiatan di Oxford itu akan mengganggu hubungannya dengan Indonesia," tulis Presiden Yudhoyono di akun jejaring sosial, twitternya @SBYudhoyono, Senin malam.

Pembukaan "kantor" gerakan separatis Papua di Inggris tak lepas dari peran Benny Wenda, tokoh separatis Papua di Inggris.

Siapa Benny Wenda? Bagaimana bisa akhirnya Wenda menyeberang sampai ke Inggris untuk memperjuangkan kemerdekaan tanah kelahirannya?

Sekitar tahun 1970, Wenda muda hidup di sebuah desa terpencil di kawasan Papua Barat. Di sana, dia hidup bersama keluarga besarnya. Mereka hidup dengan bercocok tanam. Saat itu, dia merasa kehidupannya begitu tenang, "hidup damai dengan alam pegunungan." Kira-kira kalimat itulah yang dia rasakan.

Sampai satu saat sekitar tahun 1977, ketenangan hidup mereka mulai terusik dengan masuknya pasukan militer. Saat itu, Benny Wenda mengklaim pasukan memperlakukan warga dengan keji. Benny menyebut di situsnya, salah satu dari keluarga menjadi korban hingga akhirnya meninggal dunia.

Wenda mengaku kehilangan satu kakinya dalam sebuah serangan udara di Papua. Tak ada yang bisa merawatnya sampai peristiwa pilu itu berjalan 20 tahun kemudian. Saat itu, keluarganya memilih bergabung dengan NKRI.

Kondisi demikian, harus diterima dan dihadapi Wenda. Tetapi rupanya, dia berusaha melawan pilihan orang-orang dekatnya.

Singkat cerita, setelah era pemerintah Soeharto tumbang, gerakan referendum dari rakyat Papua yang menuntut pembebasan dari RI kembali bergelora. Dan saat itu, Benny Wenda melalui organisasi Demmak (Dewan Musyawarah Masyarakat Koteka), membawa suara masyarakat Papua. Mereka menuntut pengakuan dan perlindungan adat istiadat, serta kepercayaan, masyarakat suku Papua. Mereka menolak apapun yang ditawarkan pemerintah Indonesia termasuk otonomi khusus.

Lobi-lobi terus dia usahakan sampai akhirnya di masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, pemberlakuan otonomi khusus adalah pilihan politik yang layak untuk Papua dan tak ada yang lain. Saat itu sekitar tahun 2001, ketegangan kembali terjadi di tanah Papua. Operasi militer menyebabkan ketua Presidium Dewan Papua meninggal. Wenda terus berusaha memperjuangkan kemerdekaan Papua.

Pertentangan Wenda berbuntut serius. Dia kemudian dipenjarakan pada 6 Juni 2002 di Jayapura. Selama di tahanan, Wenda mengaku mendapatkan penyiksaan serius. Dia dituduh berbagai macam kasus, Salah satunya disebut melakukan pengerahan massa untuk membakar kantor polisi, hingga harus dihukum 25 tahun penjara.

Kasus itu kemudian di sidang pada 24 September 2002. Wenda dan tim pembelanya menilai persidangan ini cacat hukum.

Pengadilan terus berjalan, sampai pada akhirnya Wenda dikabarkan berhasil kabur dari tahanan pada 27 Oktober 2002. Dibantu aktivis kemerdekaan Papua Barat, Benny diselundupkan melintasi perbatasan ke Papua Nugini dan kemudian dibantu oleh sekelompok LSM Eropa untuk melakukan perjalanan ke Inggris di mana ia diberikan suaka politik. Dan sejak tahun 2003, Benny dan istrinya Maria serta anak-anaknya memilih menetap di Inggris.

Sampai saat ini, dari Inggris Benny Wenda masih aktif mengkampanyekan kemerdekaan Papua.

Pada tahun 2011, Pemerintah Indonesia pernah mengeluarkan Red Notice dan Surat Perintah Penangkapan Internasional untuk penangkapan Wenda karena melakukan sejumlah pembunuhan dan penembakan di Tanah Air. Wenda mengklaim, red notice itu sudah dicabut.


sumber

RESENSI FILM "THE MAN FROM NOWHERE



Directed                           : Lee Jung Beom
Writer                               : Lee Jung Beom
Produced                          : Lee Tae Hun
Tanggal Rilis di KorSel     : 4 Agustus 2010
Genre                                : Action, crime, thriller
Cast                                  : -    Cha Tae Sik (Won Bin)
                                           -    Jung So Mi (Kim Sae Ron)
                                           -    Hyo Jung, ibu So Mi (Kim Hyo Seo)
                                           -    Kim Yeon Soo, istri Tae Sik (Hong So Hee)
                                           -    Ramrowan (Thanayong Wongtrakul)
                                           -    Jong Seok (Kim Seong Oh)
                                           -    Man Seok (Kim Hee Won)


Sinopsis


Sebelumnya tidak banyak orang yang mengetahui siapa sebenarya Cha Tae Sik (Won Bin). Sepertinya Ia hanya seorang pria pendiam biasa yang menutup diri dari dunia luar, mungkin satu-satunya teman yang dimilkinya hanyalah tetangganya, seorang gadis kecil bernama Jeong So Mi (Kim Sae Ron) yang hampir setiap hari selalu menyempatkan diri mampir ke tempat tinggal sekaligus toko gadai miliknya. Meski Tae-sik menanggapi kehadiran So Mi disekitarnya dengan dingin, namun jelas ia memberi perhatian lebih pada si gadis cilik. Singkat kata hanya kepada So Mi lah Tae sik dapat membuka sedikit dirinya.

Masalah bermula ketika ibu So Mi (Kim Hyo Seo), kedapatan mencuri heroin milik anggota kriminal kelas kakap. Akibatnya sangat fatal, So Mi yang tidak mengetahui apa-apa harus kena getahnya. Ia dan Ibunya diculik, dan Tae-Sik dipaksa untuk menuruti perintah para penculik. Sayangnya, para kriminal tersebut tidak mengetahaui siapa orang yang dihadapinya. Ya, Cha Tae Sik bukanlah sekedar seorang penjaga toko gadai biasa, Ia adalah seseorang yang sangat spesial, seseorang dengan masa lalu yang kelam dimana saat ini yang ada dalam pikirannya hanya satu, mencari dan menyelamatkan satu-satunya orang yang dicintainya, apapun yang terjadi.



Keunggulan, Kekurangan, dan Pendapat

Film dengan baik menggambarkan hubungan antara Tae sik dan So Mi. Meski mereka tidak mempunyai ikatan atau hubungan apa pun, namun dibalik sikap dingin Tae-sik, kita dapat merasakan kepeduliannya yang besar terhadap So Mi. Kim Sae ron, pemeran So Mi pun dengan sangat baik memainkan perannya sebagai anak kecil yang usil namun sebenarnya hidup dalam kesedihan dan mendambakan sosok ayah yang kemudian dapat ditemuinya pada diri Tae Sik. Tentu saja, seperti halnya kebanyakan film Korea Selatan, elemen melodrama disini bermain dengan porsi cukup besar dan mengandung adegan-adegan yang tujuannya untuk menghasilkan efek keharuan yang mendalam.

Tapi film tidak lantas terlena pada hal ini saja dan melupakan porsi actionnya. Film ini memberikan kekerasan pada tingkatan dimana darah dan gore mendominasi. Akan tetapi tidak lantas film selalu mengeskploitasi adegan seperti itu, ada juga adegan-adegan laga seru yang mendapat asupan cukup disini. Menaikkan tensi ketegangan serta intensitas filmnya. Adegan action favorit saya jelas terdapat diklimaks dimana Tae-sik harus menghadapi sejumlah  penjahat sendirian dan kemudian ditutup dengan pertarungan satu lawan satu yang melibatkan aktor asal Thailand yang diperankan oleh Thanayong Wongtrakul.

Terlepas dari itu, film ini juga bermaksud menyentil beberapa isu sosial yang diusungnya yaitu eksploitasi-pelecehan pada anak-anak, ketergantungan obat-obatan terlarang, perdagangan organ tubuh manusia, pembunuhan, juga mafia serta premanisme. Menjadi latar belakang yang kuat untuk mendukung kisah yang menurut saya inti dari tema film secara keseluruhan adalah hubungan emosional antara dua sosok yang berbeda jauh secara karakter. Kita menjadi perduli dengan mereka dan mengikuti dengan cemas perjalanan nasib yang menentukan hidup mereka.

Tone gelap yang melingkupinya kemudian seolah menegaskan bahwa sistem sosial di masyarakat cenderung menciptakan banyak monster yang justru mengancam anggota masyarakatnya. Akan tetapi pesan positif yang bisa kita petik adalah bahwa kita tetap harus menyimpan harapan bahwa ditengah kerasnya kehidupan masih ada kasih sayang diantara sesama manusia, dalam bentuk apa pun itu, yang datang dari orang yang tak kita duga-duga sekalipun dari musuh kita sendiri. Contohnya, terdapat pada adegan So Mi yang akan diambil bola matanya. Karena merasa kasihan Ramrowan yang merupakan musuh dari Tae Sik menolong menyelamatkan So Mi dan membunuh kawannya sendiri.


Sumber