“Jakarta kebanjiran, di Bogor
angin ngamuk...”
Sepertinya penggalan lagu dari alm.
Benyamin Su’eb diatas benar adanya, akhir tahun telah tiba waktunya hujan
menyapa Indonesia. Hampir semua kota di Indonesia mengalami hujan lebat dan
sudah dipastikan kota-kota di Indonesia mengalami bencana banjir. Masalah
inilah yang menjadi mimpi buruk bagi penduduk khususnya wilayah Jakarta. Sampah-sampah
yang menggenang di kali, banyak pemukiman kumuh di bantaran sungai, dan daerah
resapan air yang semakin berkurang karena pembangunan gedung-gedung bertingkat,
dan apartemen yang megah yang agaknya menjadikan Jakarta menjadi pusat kota
metropolitan sekaligus sebagai pusat kota banjir.
Sebenarnya banjir bukan masalah
baru lagi di Jakarta karena menurut catatan Ibukota Jakarta telah dilanda bajir
sejak tahun 1621. Salah satu bencana banjir terparah yang pernah terjadi di
Batavia (Jakarta) adalah banjir yang terjadi pada bulan Februari 1918. Saat itu
hampir sebagian besar wilayah Batavia (Jakarta) terendam air. Daerah yang
terparah saat itu adalah Gunung Sahari, Kampung Tambora, Suteng, Kampung
Klenteng, yang terjadi akibat bendungan kali Grogol jebol.
Dampak yang ditimbulkan
oleh banjir :
Merugikan secara umum
Banjir yang terjadi selalu
menimbulkan kerugian bagi mereka yang terkenan banjir, baik secara langsung
maupun tidak langsung yang dikenal sebagai dampak banjir. Dampak banjir akan
dialami langsung oleh mereka yang rumah atau lingkungannya terkena air banjir. Jika
banjir berlangsung lama akan sangat merugikan karena aktivitas akan banyak
terganggu. Segala aktivitas tidak nyaman dan lingkungan menjadi kotor yang
berdampak kurangnya sarana air bersih dan berbagai penyakit mudah sekali
menjangkiti warga yang terserah banjir.
Penyakit yang timbuk sebagai dampak banjir
Lingkungan yang tidak sehat
karena sampah dan kotoran yang hanyut dapat menyebabkan penyakit gatal-gatal
dikulit, dan lalat banyak beterbangan karena sampah yang membusuk sehingga sakit
perut juga banyak yang terjadi. Sumber air bersihpun tercemar sehingga mereka
yang terkena banjir kesulitan air bersih dan mengkonsumsinya karena darurat,
sebagai penyebab diare.
Mematikan usaha
Dampak banjir memang luar biasa
luas. Rumah, dan perabotan rumah tangga bisa rusak gara-gara terendam banjir. Yang
lebih parah jika penduduk memiliki usaha rumahan bisa terganggu aktivitas
produksinya sehingga mengakibatkan kerugian.
Kerugian administratif
Sering kali dampak banjir ini
bukan sekedar membawa dampak kerugian material. Akibat banjir sering kantor,
sekolah, atau instansi bahkan pribadi harus kehilangan dokumen pentingnya. Akibat
banjir juga sering kali sekolah diliburkan paksa dari aktivitas belajar. Seluruh
siswa dan guru tidak bisa beraktivitas rutin, dikarenakan rumah mereka yang
juga terkena banjir atau juga karena gedung sekolahnya dijadikan posko banjir.
Kembali ketitik nol
Karena banjir banyak penduduk
yang kehilangan harta benda, keluarga, ataupun orang-orang yang dicintai,
berada dititik nol istilah yang tepat setelah kejadian ini karena semua barang
habis atau hilang terseret air banjir.
Referensi :