Rabu, 05 Januari 2011

kebudayaan Korea Selatan ( KorSel )


1.      Keterangan Singkat Tentang Korea Selatan


Republik Korea (bahasa Korea : Daehan Minguk, bahasa Inggris : Republic of Korea/ROK) biasanya dikenal sebagai Korea Selatan, adalah sebuah negara di Asia Timur yang meliputi bagian selatan Semenanjung Korea. Di sebelah utara, Republik Korea berbataskan Korea Utara, di mana keduanya bersatu sebagai sebuah negara hingga tahun 1948.
Laut Kuning di sebelah barat, Jepang berada di seberang Laut Jepang (disebut "Laut Timur" oleh orang-orang Korea) dan Selat Korea berada di bagian tenggara. Negara ini dikenal dengan nama Hanguk oleh penduduk Korea Selatan dan disebut Namchosŏn (Chosŏn Selatan) di Korea Utara. Ibu kota Korea Selatan adalah Seoul.

2.      Budaya dan Tradisi Korea Selatan

Perhitungan Umur anak saat dilahirkanTernyata, buat menghitung umur di Korea itu ditambah 1 tahun. Jika  di Indonesia bayi bisa dikatakan      berumur 1 tahun jika sudah melewati 1 tahun sejak dia dilahirkan, lain halnya dengan Korea Selatan. Jadi,bayi yang baru lahir di Korea Selatan sudah berumur 1 tahun. Contohnya, kalo di Indonesia orang kelahiran tahun 93, tahun 2010 umurnya 17 tahun, kalo di Korea sudah berumur 18 tahun.

-        Pakaian

     Jika di Indonesia kita memiliki pakaian tradisional yaitu kebaya, sama halnya dengan Korea Selatan. Korea Selatan memiliki pakaian tradisional yang lebih dikenal dengan Hanbok. “Han” adalah sebutan bagi Korea, dan “bok” berarti pakaian. Jadi, secara harfiah orang Korea pun sebenarnya hanya menyebut pakaian mereka sebagai “pakaian korea”, berbeda dengan orang jawa yang menyebut kebaya sebagai pakaian tradisional mereka. Hanbok terbagi atas baju bagian atas (Jeogori), celana panjang untuk laki-laki (baji) dan rok wanita (Chima). Saat ini hanbok tidak lagi dipakai dalam kegiatan sehari-hari, namun pada saat-saat tertentu masih digunakan seperti pada hari-hari libur tertentu seperti Seollal dan Chuseok, serta pada pesta-pesta keluarga seperti Hwangap, perayaan ketika orangtua memasuki usia 60 tahun.

-          Perayaan

     Chuseok atau hari panen Korea, adalah hari libur terbesar dalam setahun. Chuseok juga disebut sebagai “Jungchujeol”, “Hangawi”, atau “Gawi” di Korea, yang dirayakan secara besar-besaran pada bulan ke-8 hari ke-15 kalender lunar. Nama lain hari libur ini “Hangawi”, adalah kata majemuk ‘han’ berarti agung atau besar dan ‘gawi’ diperkirakan berasal dari adat istiadat masa Silla (57 SM - 935), yang dilanjutkan sampai abad ke-7. Saat itu diadakan pertandingan menenun kain, pertandingan tersebut dibagi menjadi dua tim. Tim yang menenun kain yang paling panjang dinyatakan sebagai pemenang, sedangkan tim yang kalah harus mentraktir tim yang menang dengan berbagai makanan yang enak-enak.
     Kalau buat sekarang, makna yang terbesar dari hari Chuseok mungkin itu reuni keluarga. Chuseok lebih memiliki arti berbagi rasa dengan orang lain. Menyiapkan bingkisan telah menjadi tradisi selama Chuseok. Secara keseluruhan, Chuseok memiliki makna cinta pada keluarga, rasa terima kasih dan berbagi rejeki.

-        Makanan
     Nasi tetap menjadi makanan pokok bagi sebagian besar rakyat Korea, namun di antara  generasi muda, banyak dari mereka yang lebih memilih makanan ala Barat.
Nasi biasanya disertai oleh berbagai macam makanan sampingan, terutama sayur-sayuran dengan banyak bumbu, sop, sayuran berkuah, dan daging. Makanan tradisional Korea tidak akan lengkap tanpa kimchi, yakni campuran bermacam sayuran beracar seperti kubis cina, lobak, bawang hijau, dan ketimun. Jenis-jenis kimchi tertentu  sengaja dibuat pedas dengan tambahan bubuk cabe merah, sedangkan jenis yang lain dimasak tanpa cabe merah atau dimasukkan ke dalam cairan yang gurih. Pada akhir bulan November atau awal bulan Desember, keluarga-keluarga Korea pada jaman  dahulu mempersiapkan kimchi dalam jumlah memadai untuk sepanjang musim dingin yang  panjang. Kimchi disimpan dalam guci besar dari tanah liat, yang kemudian ditanam sebagian di tanah demi menjaga suhu dan rasanya. 
Selain kimchi, doenjang (pasta kedelai), dengan unsur-unsurnya yang mampu melawan kanker, telah menarik perhatian para ahli gizi masa kini. Masyarakat Korea pada jaman dahulu biasa membuat doenjang di rumah dengan merebus buncis warna kuning, mengeringkannya  di tempat yang teduh, memasukkannya ke dalam air garam, dan mengawetkannya dengan  menaruhnya di bawah sinar matahari.  Akan tetapi, hanya sedikit keluarga yang masih menerapkan proses pembuatan seperti ini;  sebagian besar cukup membeli doenjang buatan pabrik. Di antara makanan-makanan berdaging, bulgogi (biasanya daging sapi) yang telah dibumbui dan galbi (iga sapi atau babi) merupakan yang paling disukai baik oleh masyarakat Korea sendiri maupun orang asing.

3.      Festival

Festival Lumpur Boryeong
   Propinsi Chungcheongnam-do, lumpur Boryeong kaya akan mineral dan baik untuk kesehatan kulit. Lumpur laut berkualitas tinggi ini begitu terkenal sehingga dibuat  menjadi kosmetik seperti masker dan sabun lumpur.  Festival ini memberikan kesempatan pada pengunjung untuk bersenang-senang sambil menikmati pijat lumpur dengan bubuk lumpur berkualitas tinggi dari Pantai Daecheon dan wilayah air pasang yang rendah didekatnya. Tersedia berbagai macam program seperti  bak mandi lumpur yang sangat besar, gulat lumpur,  meluncur di atas lumpur, penjara lumpur, latihan militer dengan menggunakan lumpur, dan lain-lain.
     Tanggal            : 12 Juli – 20 Juli 2008
     Tempat            : Pantai Daecheon, Boryeong-si

·        Festival Geumsan Insam (Festival Ginseng Geumsan)
      Tanggal           : 29 Agustus – 7 September 2008, 
      Tempat           : Jalan Ginseng dan Jamu Geumsan dan Lapangan Ginseng

·         Festival Tari Topeng Andong
   Propinsi Gyeongsangbuk-do, kota Andong memililiki warisan budaya material maupun non-material terbesar di Korea yang diakui dan dilestarikan dengan baik. Festival Tari Topeng Internasional Andong bertujuan mempromosikan tradisi dan budaya kota Andong melalui berbagai macam program, pertunjukan tari topeng, dan seni tradisi rakyat, termasuk Chajeon-nori (sejenis permainan di mana pemainnya menubrukkan diri satu sama lain, dimainkan oleh penduduk desa pria), Notdari bapgi (sejenis permainan yang dimainkan oleh kaum perempuan di desa tersebut. Seseorang membungkuk untuk membuat jembatan sehingga orang lain bisa menyeberang menggunakan tubuhnya), dan Hwajeon-nori (permainan api).
      Tanggal           : 26 September – 5 Oktober 2008 
      Tempat           : Desa Hahoe di Andong-si




Sumber            : http://id.wikipedia.org/wiki/Korea_selatan
                          http://idn.mofat.go.kr/languages/as/idn/about/kehidu/perumahan/index.jsp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar